Di Indonesia diperkenalkan pada tahun 1995 (KRTJ di Padang) oleh Shell, dan produksi lokal digelar tahun 1996 di Jalan Tol Simatupang berupa lapis tipis diatas perkerasan beton semen dengan hasil mencapai umur lebih dari 12 tahun(aspal + latex + selulosa)
Ditetapkan sebagai spesifikasi Bina marga pada tahun 2003, dibawa sebagai bahan presentasi pada Seminar “Bitumen in Asia 2003”di Singapura , muncul sebagai satu satunya spesifikasi ilmiah untuk aspal modifikasi dibanding produsen lain dari negara negara lain yang masih bersifat spesifikasi “resep”
Ditetapkan sebagai spesifikasi Bina marga pada tahun 2003, dibawa sebagai bahan presentasi pada Seminar “Bitumen in Asia 2003”di Singapura , muncul sebagai satu satunya spesifikasi ilmiah untuk aspal modifikasi dibanding produsen lain dari negara negara lain yang masih bersifat spesifikasi “resep”
aspal modifikasi adalah aspal yang dibuat dengan mencampur aspal keras
dengan suatu bahan tambah. Aspal modifikasi mulai diperkenalkan diluar
negeri lebih dari 15 tahun lalu(Caribit, Cariphalt, Mexphalt,
Superphalt,dsb) dengan maksud mencegah retak pada waktu musim dingin,
mencegah deformasi plastis pada beban berat di musim pana
tujuan Aspal Modifikasi :
- Sifat-sifat aspal alami yang kurang tahan terhadap keadaan iklim sekitar yang sering membuat aspal lembab dan mudah rusak
- Aspal pada temperatur rendah tidak rapuh/getas sehingga mengurangi potensi terjadinya retak (cracking).
- Tidak tahan terhadap genangan air sehingga memerlukan drainase yang baik untuk mempercepat proses pengurangan jumlah genangan di aspal.
- Mencari sifat aspal yang baru, contohnya aspal yang fleksibel (untuk jalan-jalan yang memiliki tanah yang labil dan selalu bergerak)
- Aspal pada temperatur tinggi lebih stabil sehingga potensi terjadinya alur (rutting) pada perkerasan beraspal dapat dikurangi.
- Mengurangi viskositas pada temperature penghamparan sehingga dicapai kemudahan pelaksanaan penghamparan sekaligus pemadatannya.
- Meningkatkan stabilitas dan kekuatan campuran beraspal.