slide

Laman

Selasa, 24 Februari 2015

ASPAL MODIFIKASI

    
 
Di Indonesia diperkenalkan pada tahun 1995 (KRTJ di Padang) oleh Shell, dan produksi lokal digelar tahun 1996 di Jalan Tol Simatupang berupa lapis tipis diatas perkerasan beton semen dengan hasil mencapai umur lebih dari 12 tahun(aspal + latex + selulosa)
Ditetapkan sebagai spesifikasi Bina marga pada tahun 2003, dibawa sebagai bahan presentasi pada Seminar “Bitumen in Asia 2003”di Singapura , muncul sebagai satu satunya spesifikasi ilmiah untuk aspal modifikasi dibanding produsen lain dari negara negara lain yang masih bersifat spesifikasi “resep”
aspal modifikasi adalah aspal yang dibuat dengan mencampur aspal keras dengan suatu bahan  tambah. Aspal modifikasi mulai diperkenalkan diluar negeri lebih dari 15 tahun lalu(Caribit, Cariphalt, Mexphalt, Superphalt,dsb) dengan maksud mencegah retak pada waktu musim dingin, mencegah deformasi plastis pada beban berat di musim pana
 
Hasil gambar untuk aspal modifikasi
 
 
tujuan Aspal Modifikasi :
  1. Sifat-sifat aspal alami yang kurang tahan terhadap keadaan iklim sekitar yang sering membuat aspal lembab dan mudah rusak
  2. Aspal pada temperatur rendah tidak rapuh/getas sehingga mengurangi potensi terjadinya retak (cracking).
  3. Tidak tahan terhadap genangan air sehingga memerlukan drainase yang baik untuk mempercepat proses pengurangan jumlah genangan di aspal.
  4. Mencari sifat aspal yang baru, contohnya aspal yang fleksibel (untuk jalan-jalan yang memiliki tanah yang labil dan selalu bergerak)
  5. Aspal pada temperatur tinggi lebih stabil sehingga potensi terjadinya alur (rutting) pada perkerasan beraspal dapat dikurangi.
  6. Mengurangi viskositas pada temperature penghamparan sehingga dicapai kemudahan pelaksanaan penghamparan sekaligus pemadatannya.
  7. Meningkatkan stabilitas dan kekuatan campuran beraspal.
 

Minggu, 21 September 2014

ASBUTON (Aspal Buton)

                             



Aspal batu buton atau biasa disebut asbuton ditemukan tahun 1924 di Pulau Buton, Sulawesi Tenggara. Asbuton mulai digunakan dalam pengaspalan jalan sejak tahun 1926. Berdasarkan data yang ada, asbuton memiliki deposit sekitar 677 juta ton atau setara dengan 170 juta ton aspal minyak. Asbuton merupakan deposit aspal alam terbesar di dunia. Terdapat dua jenis unsur utama dalam Asbuton, yaitu aspal (bitumen) dan mineral



Jenis Asbuton yang telah diproduksi secara fabrikasi dan manual dalam tahun-tahun belakangan ini adalah:
  • Asbuton Butir
Jenis Asbuton berdasarkan besar butir dan kadar aspal yang dikandungnya
  •  Asbuton Murni Full Ekstraks
Asbuton jenis ini merupakan bitumen murni hasil ekstraksi asbuton menggunakan beberapa cara, antara lain dengan bahan pelarut atau cara lain seperti menggunakan teknologi air panas. Asbuton murni hasil ekstraksi dapat digunakan langsung sebagai pengganti aspal keras atau sebagai bahan aditif yang akan memperbaiki karakteristik aspal keras. Mineral asbuton merupakan limbah dari proses ekstraksi. Selain dapat dimanfaatkan sebagai filter dapat juga digunakna sebagai bahan stabilisasi tanah
  • Asbuton Pra Campur (pre-blended)
Asbuton pra campur (pre-blended) merupakan gabungan antara Asbuton butir hasil refine Asbuton dengan kadar bitumen 60% sampai 90% dengan aspal minyak pen 60 dalam komposisi tertentu. Asbuton jenis ini dapat dikatakan sebagai aspal minyak yang dimodifikasi, sehingga dalam campuran dapat langsung digunakan untuk dicampur dengan agregat.
 


            Keunggulan :
Deposit Asbuton dalam jumlah besar dapat menjamin pasokan kebutuhan akan aspal
-  Meningkatkan umur konstruksi (dari hasil uji fatigue)
-  Lebih tahan terhadap perubahan temperatur
-  Nilai modulus yang meningkat
-  Daya lekat yang lebih tinggi (anti stripping)
-  Kelenturan yang tinggi (fatigue life tinggi)
Kelemahan:
-   Inkonsistensi kualitas produksi Asbuton
-   Belum terjaminnya ketersediaan Asbuton pada saat pelaksanaan di lapangan.
- Ketidaksesuaian kemampuan supply oleh pabrik pengolah Asbuton dengan    demand proyek pengguna yang ditunjang oleh kebijakan Ditjen Bina Marga.
-   Biaya transportasi pengiriman ke pengguna yang relatif mahal.
- Pola kerjasama antara produsen dan konsumen yang belum menemukan titik harmonis.
Prinsip Kerja :
-    Dicampur dengan agregat dan aspal menggunakan unit pencampur aspal mekanis, yaitu Asphalt Mixing Plant (AMP) untuk menghasilkan campuran yang sifatnya panas atau memakai alat semi mekanis seperti beton molen atau paddle mixer untuk campuran dingin. Langkah berikutnya adalah menghamparkannya menggunakan cara mekanis (finisher), sedangkan untuk campuran dingin digunakan cara manual, selanjutnya dipadatkan menggunakan alat pemadat baku, sehingga diperoleh kepadatan yang disyaratkan dalam spesifikasi.
-    Ditebarkan di atas lapis agregat pada pekerjaan lapis penetrasi macadam dengan satu atau dua lapis. Setelah itu dipadatkan menggunakan pemadatbaku, sehingga diperoleh kepadatan sesuai spesifikasi.