Aspal
batu buton atau biasa disebut asbuton ditemukan tahun 1924 di Pulau Buton,
Sulawesi Tenggara. Asbuton mulai digunakan dalam pengaspalan jalan sejak tahun
1926. Berdasarkan data yang ada, asbuton memiliki deposit sekitar 677 juta ton
atau setara dengan 170 juta ton aspal minyak. Asbuton merupakan deposit aspal
alam terbesar di dunia. Terdapat dua jenis unsur utama dalam Asbuton, yaitu
aspal (bitumen) dan mineral
Jenis Asbuton yang telah
diproduksi secara fabrikasi dan manual dalam tahun-tahun belakangan ini adalah:
- Asbuton Butir
Jenis Asbuton
berdasarkan besar butir dan kadar aspal yang dikandungnya
- Asbuton Murni Full Ekstraks
Asbuton jenis
ini merupakan bitumen murni hasil ekstraksi asbuton menggunakan beberapa cara,
antara lain dengan bahan pelarut atau cara lain seperti menggunakan teknologi
air panas. Asbuton murni hasil ekstraksi dapat digunakan langsung sebagai
pengganti aspal keras atau sebagai bahan aditif yang akan memperbaiki
karakteristik aspal keras. Mineral asbuton merupakan limbah dari proses
ekstraksi. Selain dapat dimanfaatkan sebagai filter dapat juga digunakna
sebagai bahan stabilisasi tanah
- Asbuton Pra Campur (pre-blended)
Asbuton
pra campur (pre-blended)
merupakan gabungan antara Asbuton butir hasil refine Asbuton dengan
kadar bitumen 60% sampai 90% dengan aspal minyak pen 60 dalam komposisi
tertentu. Asbuton jenis ini dapat dikatakan sebagai aspal minyak yang
dimodifikasi, sehingga dalam campuran dapat langsung digunakan untuk dicampur
dengan agregat.
Keunggulan :
- Deposit Asbuton dalam jumlah besar dapat
menjamin pasokan kebutuhan akan aspal
- Meningkatkan umur konstruksi (dari hasil uji
fatigue)
- Lebih tahan terhadap perubahan temperatur
- Nilai modulus yang meningkat
- Daya lekat yang lebih tinggi (anti stripping)
- Kelenturan yang tinggi (fatigue life tinggi)
Kelemahan:
- Inkonsistensi kualitas produksi Asbuton
- Belum terjaminnya ketersediaan Asbuton pada saat pelaksanaan di lapangan.
- Ketidaksesuaian kemampuan supply oleh pabrik pengolah Asbuton dengan
demand proyek pengguna yang ditunjang oleh kebijakan Ditjen Bina Marga.
- Biaya transportasi pengiriman ke pengguna yang relatif mahal.
- Pola kerjasama antara produsen dan konsumen yang belum menemukan titik
harmonis.
Prinsip Kerja :
- Dicampur dengan agregat dan aspal menggunakan unit pencampur aspal mekanis,
yaitu Asphalt Mixing Plant (AMP) untuk menghasilkan campuran yang
sifatnya panas atau memakai alat semi mekanis seperti beton molen atau paddle
mixer untuk campuran dingin. Langkah berikutnya adalah menghamparkannya
menggunakan cara mekanis (finisher), sedangkan untuk campuran dingin
digunakan cara manual, selanjutnya dipadatkan menggunakan alat pemadat baku,
sehingga diperoleh kepadatan yang disyaratkan dalam spesifikasi.
- Ditebarkan di atas lapis agregat pada pekerjaan lapis penetrasi macadam
dengan satu atau dua lapis. Setelah itu dipadatkan menggunakan pemadatbaku,
sehingga diperoleh kepadatan sesuai spesifikasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar